Halaman

Minggu, 27 November 2011

Paramore - Playing God


 [Verse]
Cant make my own decisions
Or make any with precision
Well maybe you should tie me up
So I don't go where you don't want me

You say that I've been changing
That I'm not just simply aging
Yeah, how can that be logical
Just keep cramming ideas down my throat

[Pre-chorus]
Whoa

[Chorus]
You don't have to believe me
But the way I, way I see it
Next time you point a finger
I might have to bend it back
Or break it, break it off
Next time you point a finger
I'll point you to the mirror

[Verse]
If God's the game that you're playing
Well we must get more acquainted
Because it has to be so lonely
To be the only one that's holy

It's just my humble opinion
But it's one that I believe in
You don't deserve a point of view
If the only thing you see is you

[Pre-chorus]
Whoa

[Chorus]
You don't have to believe me
But the way I, way I see it
Next time you point a finger
I might have to bend it back
Or break it, break it off
Next time you point a finger
I'll point you to the mirror

[Hook]
This is the last second chance
(I'll point you to the mirror)
I'm half as good as it gets
(I'll point you to the mirror)
I'm on both sides of the fence
(I'll point you to the mirror)
Without a hint of regret
I'll hold you to it

[Chorus]
I know you don't believe me
But the way I, way I see it
Next time you point a finger
I might have to bend it back
Or break it, break it off
Next time you point a finger
I'll point you to the mirror

I know you wont believe me
But the way I, way I see it
Next time you point a finger
I might have to bend it back
Or break it, break it off
Next time you point a finger
I'll point you to the mirror

Rabu, 16 November 2011

FILUM PLATYHELMINTHES



Platyhelminthes merupakan kelompok cacing yang tubuhnya berbentuk pipih (platy = pipih, helminthes = cacing)
Ciri-ciri umum
1.       Hidup di air tawar, laut, tanah yang lembab atau sebagai parasit pada hewan atau tumbuhan dan manusia.
2.       Bersifat hermaprodit, reproduksi generatif dengan perkawinan silang, secara vegetatif dengan membelah diri (fragmentasi)
3.       Cacing yang hidup parasit mempunyai lapisan kutikula dan alat isap atau alat kait yang digunakan untuk menempel pada dinding sel inangnya.
4.       Alat pencernaanya berupa rongga gastrovaskuler, ekskresi dengan sel api, sistem saraf tangga tali.
5.       Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak, dan epidermis bersilia
6.       Cacing pipih merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata)
7.       Cacing ini tidak memiliki sistem peredaran darah dan bernapas dengan seluruh permukaan tubuh.
Struktur tubuh.
Tubuh memanjang pipih dorsoventral tanpa segementasi atau ruas-ruas. Bagian tubuh dapat dibagi menjadi bagian anterior (depan kepala), posterior (bagian belakang ekor), dorsal (daerah punggung), ventral (daerah yang berlawanan dengan dorsal), dan lateral (samping tubuh). Tubuhnya bersimetris bilateral dan tersusun atas tiga lapisan yaitu:
1.       Ektoderma (lapisan luar)
Dalam perkembangan selanjutnya, ektoderma akan membentuk epidermis dan kutikula. Epidermis lunak dan bersilia serta berfungsi untuk membantu alat gerak. Seringkali epidermis tertutup kutikula dan sebagian dilengkapi dengan alat yang dapat dipakai untuk melekatkan diri pada inang yaitu, kitin
2.       Mesoderma (lapisan tengah)
Dalam perkembangan selanjutnya, mesoderma akan membentuk alat reproduksi, jaringan otot, dan jaringan ikat.
3.       Endoderma (lapisan dalam)
Dalam perkembangan selanjutnya, endoderma akan membentuk gastrodermis/gastrovaskuler sebagai saluran pencernaan makanan.
Sistem organ
a.       Respirasi
Platyhelminthes tidak memiliki sistem respirasi, tetapi Platyhelminthes mengeluarkan CO2 dan O2 dari tubuh secara difusi melalui dinding sel.
b.      Penceernaan
Saluran pencernaan pada hewan ini tidak sempurna, yaitu berupa rongga gastrovaskuler yang terletak di tengah tubuh dan berperan sebagai usus. Tetapi ada juga platyhelminthes yang tidak memiliki saluran pencernaan
c.       Ekskresi
Sistem ekskresinya bersifat sederhana dan terutama berfungsi untuk memelihara keseimbangan osmosis antara hewan dengan lingkungannya. Sistem ini tersusun dari sel-sel bersilia, yaitu sel api atau sel-sel bulu getar (solenosit)
d.      Sistem saraf/koordinasi
Sistem saraf terdiri dari 2 ganglia otak yang dilengkapi dengan saraf-saraf tepi sehingga membentuk saraf tangga tali.
e.      Reproduksi
Pada umumnya, hewan ini bersifat hermafrodit. Artinya pada satu tubuh terdapat alat kelamin jantan dan betina namun jarang terjadi pembuahan sendiri,
Reproduksi terjadi secara generatif dan vegetatif.
Generatif : dengan perkawinan silang dan berlangsung fertilisasi internal
Vegetatif : dengan cara regenerasi (fragmentasi), yaitu individu baru berasal dari bagian tubuh induknya.
Klasifikasi / Contoh
1.       Turbellaria (cacing berambut getar)
Ciri-ciri:
-          Habitat : sebagian hidup di laut, beberapa hidup di air tawar, dan hanya sedikit di yang hidup di darat.
-          Cacing ini bersifat karnivor
-          Planaria bersifat hermafrodit
Contoh : Planaria sp, Prosthecereus vitatus,
Struktur Tubuh Planaria:
-          Panjang tubuh sekitar 2-3 cm
-          Tubuh ditutupi oleh lapisan epidermis.
-          Permukaan tubuh bersilia
-          Bergerak menggunakan silia yang terdapat pada epidermis atas.
-          Planaria memiliki kepala berbentuk segitiga
-          Pada bagian kepala terdapat dua bintik mata yang berfungsi untuk membedakan intensitas cahaya.
Sistem Organ
a.       Saluran respirasi
Saluran respirasi secara difusi melalui dinding sel.
b.      Saluran pencernaan
Saluran pencernaan makanan sangat sederhana, terdiri dari mulut, faring, kerongkongan, dan usus.
Faring dapat dijulurkan untuk menangkap makanan. Planaria mempunyai usus bercabang tiga, yaitu satu cabang ke arah anterior dan dua cabang ke arah posterior. Ketiga cabang usus tersebut bergabung kembali di faring. Makanan masuk melalui mulut, dan hasil pencernaan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cabng-cabang usus, sedangkan sisa makanan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut.
c.       Sistem ekskresi
Hewan ini mengekskresikan sisa-sisa metabolisme berupa nitrogen melalui permukaan tubuhnya. Sistem osmoregulasi berupa protonephridia yang terdiri dari sel-sel api yang tersebr di tepi tubuh. Sel-sel api ini berupa pipa berongga yang dilengkapi seberkas silia. Bila silia bergetar, maka cairan dalam terdorong masuk ke dalam saluran yang berhubungan dengan pori-pori tubuh.
d.      Sistem saraf / koordinasi
Sistem saraf cacing ini adalah sistem tangga tali.
e.      Reproduksi
Hewan ini berproduksi secara aseksual dan seksual.
Seksual : melalui proses fertilisasi
Aseksual : melalui proses fragmentasi
2.       Trematoda (cacing isap)
Ciri-ciri :
-          Cacing ini hidup parasit pada vertebrata, baik berupa ektoparast (parasit pada hati domba) maupun sebagai endoparasit.
-          Trematoda termasuk hewan hemafrodit.
Sruktur tubuh:
-          Permukaan tubuhnya tidak bersilia, tetapi diliputi kutikula
-          Cacing ini memiliki alat isap satu atau lebih yang terdapat disekitar mulut dan atau di bagian ventral tubuhnya. Alat isap ini dilengkapi dengan gigi kitin
-          Saluran pencernaannya bercabang 2, sedangkan sistem eksresi dan sistem sarafnya serupa dengan Turbellaria.
Contoh :
-          Fasciola hepatica
Ciri-ciri:
·         Permukaan tubuh tidak bersilia, tetap dilindungi oleh kutikula yang tebal.
·         Cacing ini terdapat di dalam kantong empedu hati ternak dan menyerap makanan dari inanganya.
·         Panjang tubuh antara 2-5 cm, dengan lebar sekitar 1 cm.
·         Bentuknya seperti daun
·         Saluran pencernaan terdiri atas mulut dibagian ujung anterior yang dilengkapi dengan alat isap bergigi kitin untuk melekatkan diri.
Daur hidup.
1.    Reproduksi seksual Fasciola hepatica menghasilkan telur pada hati dan kemudian   berpindah ke aliran darah ke empedu dan usus, kemudian keluar bersama tinja.
2.     Telur menetas dan tumbuh menjadi mirasidium bersilia di tempat basah.
3.     Mirasidium menginfeksi inang perantara yaitu Lymnaea atau siput air.
4.     Mirasidium berubah menjadi sporokis di dalam tubuh inang perantara (siput air).
5.     Sporokis berkembang secara aseksual menjadi redia.
6.     Redia bermetamorfosis menjadi serkaria. Serkaria ini keluar dari tubuh siput dan menempel paa turmbuhan atau rumput air.
7.     Serkaria membentuk cacing muda atau metaserkaria.
8.     Metaserkaria termakan oleh hewan dan kemudian menjadi cacing dewasa di dalam organ hati.

-          Clonorchis sinensis
Daur hidupnya adalah sebagai berikut:
Clonorchis sinensis bereproduksiseperti halnya Fasciola. Akan tetapi, fase metaserkaria dari  cacing ini masuk ke dalam daging ikan air tawar (sebagai hospesnya perantaranya). Jika manusia memakan ikan air yang mengandung larva Clonorchis sinensis, maka metaserkaria akan masuk ke dalam tubuh dan tumbuh menjadi cacing parasit dewasa di dlam hati dan saluran empedu manusia.



-          Schistosoma japonicum
Daur hidup
Cacing betina bertelur pada pembuluh darah vena sehingga dapat bermigrasi ke rektum (pros usus) dan kantong air seni. Selanjutnya, telur keluar melalui feses atau air kencing. Telur berkembang menjadi mirasidium dan masuk ke tubuh siput. Di dalam tubuh siput, larva mirasidium melepaskan silianya dan berkembang menjadi redia dan serkaria. Setelah keluar dari tubuh siput, ekor serkaria bercabang dan berenang menembus kulit manusia atau ikut terminum bersama air yang tidak dimasak.
-          Paragonimus westermani
Daur hidup
Paragonimus westermani dewasa hidup sebagai parasit pada paru-paru manusia, kucing, anjing, dan babi. Larvanya hidup pada siput sedangkan metaserkarianya menempel pada udang air tawar
3.       Cestoda (cacing pita)
Ciri-ciri :
-          Cacing ini tidak mempunyai saluran pencernaan
-          Bersifat endoparasit dalam saluran pencernaan vertebrata
-          Cacing ini termasuk hermafrodit, dan melangsungkan pembuahan sendiri di dalam tiap proglotid.
Struktur tubuh
-          Cestoda berbentuk pipih seperti pita dengan panjang berkisar 2.5 cm – 9 m.
-          Susunan tubuh cacing pita dewasa terdiri atas kepala (skoleks), leher, dan beberapa segmen (proglotid) yang tumbuh dari leher.
-          Cacing pita tidak memiliki bulu getar, tetapi memiliki lapisan otot yang kompleks.
Contoh
-          Taenia solium (cacing pita babi)
Daur hidup
Proglotid tua yang berisi telur terbawa keluar dari tubuh manusia bersama feses dan tersebar di atas tanah. Jika feses termakan oleh babi, maka dinding telur akan tercerna didalam usus sehingga larva masuk ke aliran darah (heksakan). Heksakan akan menembus dinding pembuluh darah dan menetap di dalam jaringan otot dengan membentuk kista. Kista berkembang menjadi sistiserkus. Jika manusia memakan daging babi yang kurang masak, maka sistiserkus akan menempel pada usus halus dan berkembang menjadi dewasa.
-          Diphyllobothrium latum
Daur hidup
Jenis cacing pita ini hidup parasit pada manusia, anjing, kucing, dan serigala. Inang perantaranya adalah ikan air tawar.
-          Echinococcus granulosus
Cacing ini hidup sebagai parasit pada usus anjing atau karnivor lainnya. Inang perantaranya adalah babi, biri-biri, dan manusia.
-          Taenia saginata (cacing pita sapi)
Daur hidup
Proglotid yang sudah masak (mengandung embrio) akan melepaskan diri dari usus inang bersama feses. Bila telur yang berisi embrio ini termakan sapi maka dia akan sampai ke usus. Disini telur aakan menetas dan keluarlah embrio berbentuk bulat dengan 6 buah kait (heksakan). Kemudian embrio menembus dinding usus masuk ke pembuluh darah dan sampai pada jaringan otot lurik. Dalam otot heksakan berubah bentuk menjadi kista yang disebut sistiserkus. Bila daging sapi dimakan oleh manusia maka didalam lambung dinding sistiserkus akan hancur dan larva akan bebas dan tumbuh menjadi cacing dewasa didalam usus 12 jari.

TEKNOLOGI UNTUK MENGATASI GANGGUAN DAN KELAINAN PADA TULANG


Penyembuhan patah tulang
-          PEMASANGAN PEN
Pemasangan pen kian sering dijadikan pilihan untuk menangani kasus patah tulang. Dengan dipen, diharapkan tulang kembali tersambung dengan lebih baik. Tujuan pemasangan pen adalah fiksasi agar posisi tulang tidak berubah setelah reposisi. Penyembuhan tulang yang baik perlu posisi tulang yang baik juga,” tutur dr Nario Gunawan SpOT.
Spesialis ortopedi dan traumatologi RS Mitra Keluarga itu menambahkan, dalam memperbaiki cedera tulang, gips bisa juga dijadikan pilihan. Tindakan tersebut merupakan fiksasi eksternal. Sedangkan penggunaan pen merupakan fiksasi internal. “Pen dipasang lewat tindakan operasi,” tuturnya.
Kelebihan pen untuk menangani patah tulang, papar Nario, reposisi tulang lebih bagus. Bila pakai gips, jelas dia, kadang tulang jadi bengkok karena reposisi dilakukan dari luar. “Tapi, harus dilihat pula kondisi tulang yang cedera,” ungkap dokter yang akrab dipanggil Rio itu
-          PEMBIDAIAN
Penanganan patah tulang yang paling utama adalah dengan melakukan pembidaian. Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah. Di bawah ini adalah beberapa macam teknik penyembuhan patah tulang dengan pembidaian.
1.      Bidai keras : umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan. Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
2.      Bidai traksi : bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha. Contoh : bidai traksi tulang paha
3.      Bidai improvisasi : bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong. Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
4.      Gendongan/Belat dan bebat : pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera. Contoh : gendongan lengan.
-          Vesselplasty untuk Memulihkan Patah Tulang
Dr Bambang Darwono, SpB, SpOT, menyatakan metode tersebut memang bisa menangani jenis patah tulang stabil atau yang tidak menekan saraf. Dalam teknik ini, ia menyebutkan tindakan pembedahan tanpa pisau dengan bius lokal ini menggunakan zat semacam semen yang bisa mengeras dengan cepat ke dalam rongga pada bagian tulang yang patah.
Nah, teknik vesselplasty ini masih tergolong konsep baru untuk mengatasi patah tulang belakang. Meski ditemukan pertama kali di Prancis pada 1984, teknik ini dikembangkan dan disempurnakan di Amerika Serikat pada 1995. Tindakan minimal invasif ini dilakukan dengan cara menyuntik tulang patah dengan menggunakan jarum khusus dengan pembiusan lokal.
Melalui jarum, dimasukkan semacam balon yang terbuat dari polietilen dengan pori-pori sebesar 80 mikron ke dalam ruas tulang belakang yang patah. Selanjutnya, ke dalam balon disuntikkan semen tulang khusus dengan tekanan yang bisa diatur. Sebagian semen keluar lewat pori-pori mengisi jaringan sekitar atau ruang kosong pada ruas tulang yang patah. Efek ini bisa mendongkrak tulang belakang ke bentuk semula. Selanjutnya, jarum ditarik dan balon tinggal di tulang belakang. Semen tulang menjadi keras dalam waktu 20-30 menit. Dengan kepadatan gradual, di dalam balon semen makin padat, konstruksi ini relatif lentur sehingga aman bagi tulang di sekitarnya, terutama bagi penderita osteoporosis.
Semen terdiri atas polimetilnetatrilat (PMNA) dicampur kalsium fosfat atau kalsium sulfat. Dua zat terakhir bisa diserap tubuh dan digantikan dengan kalsium tubuh sehingga konstruksi itu semakin mirip tulang asli. Balon maupun PMNA juga mudah menyesuaikan dengan kondisi tubuh sehingga tidak menimbulkan alergi. Di sini, metode ini sudah dijalankan sejak 3 tahun lalu. Pemantauan dari 103 kasus memperlihatkan hasil yang memuaskan. “Tapi teknik ini digunakan untuk patah tulang yang relatif baru. Jika tulang sudah menyambung atau sembuh alami, harus dioperasi dulu guna memberi ruang untuk semen tadi,” ucapnya.
-          Kompresi
Kompresi adalah dengan menciptakan ruangan di dalam ruas tulang belakang dan memasukkan bahan pengisi tulang atau bone filler material (BFM), sehingga ruas tulang belakang yang mengalami patah tulang kembali normal seperti sebelumnya. Namun, risiko dari cara ini adanya kebocoran dari bahan pengisi tulang tadi.
EFEK STIMULASI MEDAN ELEKTROMAGNETIK TERHADAP PENYEMBUHAN PATAH TULANG
Stimulasi Medan Elektromagnetik merupakan salah satu terapi tambahan pada usaha untuk mempercepat proses penyembuhan patah tulang pada keadaan pascamenopause, akan tetapi prosesnya belum dapat dijelaskan secara keseluruhan karena masih dalam proses pendalaman dan peninjauan. Penelitian ini ditujukan untuk membuktikan proses penyembuhan patah tulang pascaovariektomi oleh stimulasi medan elektromagnetik. Ada tiga indikator penyembuhan patah tulang yang dipakai, yaitu : Jumlah osteoblas yang mengekspresikan TGF kalus, jumlah osteoblas itu sendiri, dan ketebalan kalus.
Dan percobaan ini diujicobakan pada tikus putih, setiap kelompok tikus putih terdiri dari sepuluh tikus. Kelompok 1 adalah kelompok yang tidak mendapatkan stimulasi medan elektromagnetik. Kelompok 2 adalah kelompok yang mendapatkan stimulasi medan elektromagnetik selama 6 jam sehari selama 4 minggu. Semua tikus kemudian diperiksa secara histologis dan imunohistokimia untuk mengetahui jumlah osteoblas yang mengekspresikan , jumlah osteoblas, dan tebal kalus. Dari data hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah osteoblas, sehingga dapat disimpulkan stimulasi medan elektromagnetik dapat merangsang penyembuhan patah tulang pada keadaan pascaovariektomi , melalui peningkatan jumlah osteoblas yang mengekspresikan TGF osteoblas dan tebal kalus. Pada akhirnya diharapkan stimulasi medan elektromagnetik dapat merangsang penyembuhan patah tulang pada penderita osteoporosis pascamenopause. http://www.lppm.unair.ac.id/
Penyembuhan Kanker Tulang
-          LIMB SALVAGE (Memuat Kemoterapi dan Amputasi juga)
Hampir setiap kanker tulang ganas dengan segala kondisi apapun, dahulu selalu dilakukan amputasi untuk menghindari kematian. Sekarang dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dilakukan cara lain yang lebih “terhormat” yaitu menggunakan metode teknik baru limb salvage, dimana teknik terapi baru ini telah dikembangkan di hampir semua pusat penyembuhan kanker di seluruh dunia. Tujuan operasi adalah untuk menghilangkan tumor lokal pada tulang yang terkena.
Menurut Prof. Errol, operasi ini dibagi menjadi dua:
1.      Limb salvage yaitu tulang yang terkena tumor ganas disambung dengan bekas kaki pasien lain yang baru saja meninggal dunia atau tulang yang terkena tumor pada stadium dini dimatikan dulu dengan radiasi kemudian dipasanglagi.
2.      Limb ablation yaitu tulang yang terkena tumor ganas di amputasi.
Sekarang sebelum dilakukan pembedahan, diberikan kemoterapi yang biasanya akan menyebabkan tumor mengecil. Kemoterapi juga penting karena akan membunuh setiap sel tumor yang sudah mulai menyebar.
Kemoterapi yang sekarang dianut adalah neo ajuvant therapy, pada metode ini diberikan terlebih dahulu 3 siklus kemoterapi pra operasi dan kemudian diberikan lagi kemoterapi pasca bedah 3 siklus. Kemoterapi yang biasa diberikan adalah metotreksat dosis tinggi dengan leukovorin, Doxorubicin (adriamisin), Cisplatin, Cyclophosphamide (sitoksan), dan Bleomycin.
-          Coral dan Gamping, Alternatif Murah Pengobatan Kanker Tulang
Kabar baik bagi penderita kanker tulang atau patah tulang. Penderita penyakit tersebut kini mempunyai alternatif pengobatan yang lebih murah, yakni dengan menggunakan biokeramik hidroksiapatit dari bahan coral atau gamping. “Selama ini mahalnya biaya operasi tulang karena bahan-bahan yang diperlukan masih diimpor, contohnya material tulang buatan biokeramik hidroksiapatit yang harganya dapat mencapai 1 juta rupiah per gram,” kata Deputi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material Marzan Aziz Iskandar, di Jakarta, Kamis.
Proses pembuatan coral atau gamping sebagai hidroksiapatit tersebut, ujarnya, sederhana saja yakni dengan membakar material itu dengan suhu 900 derajat Celcius untuk menghilangkan zat organiknya, penambahan unsur fosfat, penyaringan, pencucian dan pembakaran berikutnya dengan suhu 600 derajat Celcius.
Material biokeramik hidroksiapatit baik berbahan dasar komersial atau bahan mineral alam yang memenuhi standar medis, urainya, berbentuk serbuk, bahan berpori, bahan padat atau bahan komposit. Bahan komposit memiliki kelebihan bisa dimasukkan obat sebelum ditanam ke tulang penderita.
Dalam tiga minggu, menurut dia, hidroksiapatit dengan bahan coral atau gamping ini mulai menyatu sebagai tulang, sehingga tak diperlukan operasi berikutnya untuk mengeluarkan bahan asing tersebut.